Thursday, March 10, 2016

Destinasi Wisata Bahari di Sikka, NTT



Pantai Koka

Memperhatikan rumah-rumah di sepanjang jalan dari Maumere ke Paga akhirnya mengundang kesan bahwa masyarakat Flores, khususnya Sikka, seperti mengoleksi bongkahan batu yang disusun rapih menjadi taman batu di halaman rumah mereka. Inikah makna keaslian yang sengaja dinampakkan kepada orang yang jauh terbang menyinggahi pulau tua ini.
Meliuk-liuk sepanjang 42 kilometer dari Kota Maumere menuju arah barat di jalur Lintas Flores Selatan, sebuah kecamatan bernama Paga memberikan sedikit jeda dengan jalannya yang lurus dan lebih banyak ditanami pohon kelapa,
jambu mete, ketapang, dan pohon lainnya yang hijau ketimbang susunan bebatuan namun kenyataannya Paga masih terus memesona tamunya dengan sebuah pantai yang terkenal dari kabar burung yang dikabarkan para petualang dan wisatawan.
Pantai Koka di Desa Wolowiro disebut-sebut sebagai tempat dimana alam memanjakan mata dan batin manusia. Bila menggambarkan sebuah tempat nan indah yang masih perawan namun sempat disinggahi tamu Eropa khususnya dari Belanda di tahun 90-an maka Pantai Koka adalah ilustrasi terbaik.
Perkebunan teh yang dibina pengusaha Belanda zaman dulu selalu memiliki pesona yang abadi dan pantainya memiliki pesona yang sama dengan warna alami yang bisa menenangkan jiwa ialah Pantai Koka.
Tak banyak orang mengenal apalagi mengunjungi pantai berpasir halus dan putih keemasan ini. Keindahannya seolah tersembunyi dari keramaian dunia. Beberapa nelayan biasanya berteduh di bawah pohon di antara dua pantai yang melengkung seperti tersenyum satu sama lain. Dua pantai ini sama indahnya dan sama keasliannya. Bisa dibayangkan nikmatnya ikan bakar segar dari laut disantap di bawah rindangnya pohon yang menjadi payung kebersamaan.
Beberapa wanita dari kampung setempat nampak berjalan membawa berbagai barang di atas kepalanya seolah menampilkan atraksi akrobat gratis. Dalam bahasa daerah Sikka mereka bersapaan dan mereka pun berkemampuan memberikan senyuman paling ramah pada pengunjung pantai yang juga mencoba melempar senyum sapa. Semua ini akan ditemukan selama perjalanan kaki dari tepi jalan raya beraspal halus hingga ke bibir pantai yang jaraknya kira-kira 2 kilometer dan ditempuh selama 30 menit atau sedikit lebih lama karena jalan cadas berbatu.
Tak lama setelah itu, sebuah pantai di tepi kanan seolah memaksa kaki berlari meraih airnya yang jernih tak tergambarkan. Pantai ini tepat bagi mereka yang gemar menyusuri pasir halus dan bersih. Di sisi lain tak jauh dari pantai ini, sebuah bibir pantai lain tersungging menyambut pengunjung, tepat dijadikan gambaran khayalan yang menjadi kenyataan. Dua bukit batu membatasi ujung bibir pantai satu dengan yang lainnya. Airnya yang biru bening seolah tatapan mata yang menyambut hangat, persis sehangat airnya saat kelelahan diserahkan seutuhnya pada keramahan alam mengobati kepanatan ragawi.
Tips
Tetap bawa minuman dan makanan yang cukup untuk bertahan di kawasan pantai indah ini karena tidak ada satu pun fasiltas yang dibangun atau diadakan oleh pemerintah maupun masyarakatnya.



Pantai Kajuwulu

Di Indonesia, memang mempunyai banyak sekali pantai yang sangat indah menawan. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki beberapa spot taman laut yang tak kalah menarik untuk diselami atau untuk sekedar snorkling. Nah tapi, di Maumere, kita bisa menikmati keduanya sekaligus, pantai yang indah dan taman laut yang cantik.
Pantai ini adalah pantai Kajuwulu, berada di sisi utara pulau Flores. Tepatnya terletak di sekitar 9 km ke arah barat dari Maumere, Ibukota kabupaten Sikka, provinsi  Nusa Tenggara Timur. Tak banyak wisatawan yang tahu, bahwa di Maumere ini terdapat banyak potensi wisata
bahari yang tak kalah saing dengan wisata lain yang sudah terkenal.
Pesona panorama di pantai ini sungguh tidak dapat dilukiskan dengan sempurna, betapa indahnya. Pantai Kajuwulu memiliki riak air yang tenang jernih kebiruan, dan cocok untuk bersnorkling mengingat juga terdapat biota terumbu karang yang hidup subur di perairan ini. Bukit sabana membentang meliuk indah mencipatan warna kontras di garis pantai. Dengan
pesona  pantai berpasir putih , laut biru yang tenang dan indah sampai dunia bawah laut yang memukau, siapa yang tidak betah dengan panorama ini.
Untuk dapat menuju lokasi ini, bagi Anda yang berasal dari Jakarta, disarankan untuk membeli tiket dengan tujuan Kupang. Hal ini karena, tiket Jakarta ke Maumere lebih mahal daripada tiket Jakarta ke Kupang. Selain itu, kita bisa menyaksikan hijaunya sabana di bukit sepanjang perjalanan, apabila kita berkunjung saat musim penghujan. Jika saat musim kemarau, yang kita lihat bukit akan dihiasi warna kuning keemasan tanda sabana sedang tandus.  Meski begitu, perjalanan tetap menyenangkan dengan udara yang menyejukkan dan langit biru yang cerah.
Sekitar satu jam dari Maumere, kita sudah bisa sampai ke sebuah tanjung yang mana itu merupakan pantai kajuwulu. Pesisir pantai yang memiliki pasir putih dibeberapa tempat ini berhadapan langsung dengan bukit-bukit tandus yang berdiri garang didepannya. Tentu akan nampak hijau ketika musim hujan tiba. Bukit-bukit natural yang berdiri kokoh ini seakan turut menambah keindahan lukisan alam.
Sebuah salib besar menjulang megah di atas bukit tepat di depan pantai. Untuk mencapainya harus meniti tiga ratus anak tangga. Jika udara dingin dan matahari tidak tepat di atas kepala, pendakian ini tidak terlalu sulit. 
Di puncak bukit hanya tumbuhan dengan lapisan lilin tebal. Apabila langit cerah dan kondisi alam saat itu sejuk, kita bisa menikmati pemandangan dari sini yang luar biasa cantiknya. Lautan biru ternaungi liukan garis pantai berpasir putih dan garis horison. Apabila memang berniat untuk mencapai puncak bukit, kita perlu mempersiapkan perbekalan yang cukup, terutama air mineral agar tidak kehausan dalam perjalanan naik maupun menuruni bukit. 
Saat menikmati panorama yang ditawarkan pantai kajuwulu ini, tak sadar kalau tsunami hebat pernah menerjang kawasan ini pada tahun 1992. Namun, saat ini pesona bawah laut Maumere sudah pulih, dan menjadikan Maumere sebagai lokasi diving favorit di Nusa Tenggara Timur. Di sekitar Maumere, terdapat tiga lokasi favorit untuk snorkeling dan diving selain di pantai Kajuwulu ini sendiri: Sea World Club Resort, Ankermi Happy Dive Resort, dan Sao Wisata Diving Center.
Sea World dan Sao Wisata berlokasi di Pantai Waiara, 10 – 14 kilometer dari Bandara Frans Seda dan pusat Kota Maumere. Sementara Ankermi, yang paling disarankan untuk dicoba, terletak di Watumita, 29 kilometer dari pusat kota. 
Intinya, saat kita berada di Maumere, kalau tidak puas ke pantai satu ini, banyak sekali pantai pantai yang lain yang juga patut dikunjungi, terlebih karena pantai yang unik serta bawah laut yang menarik. Cocok bagi Anda yang suka wisata bahari.

Teluk Maumere

Gugusan pulau-pulau di teluk Maumere sebanyak sembilan belas pulau. Gugusan pulau-pulau tersebut meliputi Kojadoi, Kojagete, Permaan, Pangabatang, Sukun dan Pulau Babi yang masuk di wilayah Kecamatan Alok Timur, sedangkan Pulau Kambing dan Pemana termasuk wilayah Kecamatan Alok. Teluk Maumere juga meliputi daerah Kangae, Kewapante dan sekitarnya. Taman Laut di Teluk Maumere memiliki spot-spot terumbu karang serta berbagai jenis ikan dan biota laut. Selain keindahan bawah air, pulau-pulau kecil tersebut memiliki panorama pasir putih laut yang jernih. Teluk Maumere cocok untuk selam, snorkeling dan wisata pantai.



 



Pantai Doreng


Pantai Doreng berada dalam wilayah pemerintah Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur. pantai berpasir putih ini terletak di pantai selatan Kabupaten Sikka atau pulau flores (kota maumere terletek di pesisir pantai utara). hamparan laut sawu yang luas dan membentang didepannya sangat indah.




Nama Doreng sendiri dalam penuturan masyarakat setempat kepada kami berasal dari nama seorang pantai asal Flores Timur bernama Doren yang pernah mampir dikampung ini. sedang versi lain mengatakan berasal dari bahasa setempat doreng yang artinya menggantung. ini berhubungan dengan cerita tentang salib besar yang pernah ditancapkan di pantai Doreng. salib itu kini telah tiada, konon salib Watu Crus dipantai dulunya pernah ada dipantai Doreng.
Cerita ini masih berkaitan dengan keberadaan dua misionaris khatolik asal portugis jaman dulu yang kini makamnya telah diketemukan oleh masyarakat sekitar. Makam tersebut berdekatan dengan pantai
Doreng. Ada dua rute menuju pantai Doreng. Pertama bisa melewati jalur atau atau rute kewapante. dari kota maumere, rute ini agak kejauhan . Rute kedua bisa melewati Desa Waipare. Rute Waipare berdekatan dengan kota maumere. kedua rute yang berada di lintasan jalan raya menuju arah timur menuju kabupaten Sikka inilah yang mengawali perjalanan menuju pantai Doreng. kata orang, rute waipare medannya lumayan lebih baik daripada menggunakan rute kewapante. kami ingin membuktikannya dengan melewati kedua rute. keberangkatan kami pertama kali akan melewati rute kewapante, pulangnya melewati rute Waipare.
Setelah melewati medan yang lumayan berat akhirnya kami melewati kawasan berpasir putih, Pantai Doreng. disinilah mobil yang kami tumpangi bertambah oleh kiri-kanan dengan kecepatan yang sangat pelan, maklum ruas jalan yang kami lewati rusak berat.
Paparan pantai indah ini langsung dari ketinggian. Dari sini kita bisa menikmati riak-riak gelombang dengan buih-buih ombaknya yang saling berebutan menuju bibir pantai. perasaan lega memenuhi dada kami. rasa bete dan capek dalam perjalanan terobati dengan kompensasi yang lumayan . jika saja ada investor yang mau membangun tempat-tempat penginapan di ketinngian maupun dipesisir pantai dengan didukung promosi dari pemerintah daerah, jelas akan banyak wisatawan yang akan berkunjung kesini.
Langsung atau tidak kehidupan ekonomi masyarakat setempat akan terangkat. yang penting adalah akses jalan yang rusak segera diperbaiki. Memang disini tak ada sama sekali penginapan . apalagi warung-warung makan. singkat kata belum terjemah kehidupan modern. masyarakat desa masih mengandalkan hasil bumi perkebunan untuk menopang kehidupan meraka. Suasana alamiah sangat terasa ketika berada dikawasan ini. Kami tak bosan-bosan mengabdikan panorama alam pantai Doreng. selain kami tak ada satupun pengunjung atau wisatawan yang berada dipantai Doreng. kami merasa kami yang memiliki pantai indah ini. panjang pantai berpasir putih ini sekitar 4 km (empat kilometer). kedua ujung pantai ini memiliki hamparan pasir hitam alias pasir besi. batu-batu hitam mengkilap terlihat disekitar bagian bawah tebing. Sesekali ombak-ombak besar menghantam batu-batu ini , pecah berantakan buihnya yang menjulang tinggi.
Lebar pantai pasir putih sangat lumayan. Bahkan pasir putih ini melebar sampai ke pemukiman rumah warga dan jalan sekitar. Melihat kami datang beberapa anak kecil datang mendekati kami dengan senyum yang ramah . sepanjang pemotretan mereka mendampingi kami dan tak sungkan-sungkan membantu ala kadarnya.
Di Desa Nen Bura (pasir putih) kita juga bisa membawa oleh-oleh souvenir cantik yang di buat oleh ibu-ibu. Souvenir dalam bentuk asbak,boneka-boneka kecil dan lain-lain di buat dengan menggunakan siput atau karang dan pasir besi yang di ambil dari pantai doreng, kelihatannya cantik dan bisa di bawa pulang sebagai oleh-oleh.
Setelah berlama –lama di pantai doreng , kami mulai merasa capek luar biasa ,pak camat yang mendampingi kami sepanjang pemotretan juga mengalami keadaan yang sama.di bawah rindangan pepohonan pantai kami mengusir kepenatan dengan menjelajahi panorama pantai dengan mata indah yang kami miliki.



Kampung Nelayan Wuring


Biasanya perkampungan nelayan identik dengan suasana kumuh dan sedikit kotor, tapi sedikit berbeda dengan kampung nelayan Wuring di Maumere, Flores. Bau amis memang ada, tapi airnya begitu jernih, bahkan transparan. Ayo dilihat!
Layaknya perkampungan nelayan, sebagian besar nelayan di Wuring menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan di laut. Saat pagi hari, para nelayan sudah melaut untuk mencari ikan atau membersihkan jaring. Terlihat juga anak-anak yang sibuk berenang di laut. detikTravel berkunjung ke sana beberapa waktu lalu.
Uniknya, rumah nelayan di Wuring ini dibuat seperti rumah panggung. Semua rumah disangga oleh bambu yang ditancapkan ke dasar tepian laut. Selain sebagai fondasi rumah, bambu juga digunakan untuk menghubungkan setiap rumah hingga ke jalan utama.
Dengan menapaki jalur bambu yang ada, kita dapat berjalan sekitar 500 meter hingga ke laut. Dari ujung tepiannya, terlihat Laut Maumere yang begitu jernih dan indah. Saking jernihnya, perahu nelayan yang ditambatkan pun terlihat mengambang.
Sekilas melihat, ada persamaan antara kampung nelayan Wuring dan kampung nelayan suku Bajo di Sulawesi, khususnya soal bentuk rumahnya yang terapung dan saling terhubung. Ternyata, mayoritas nelayan yang ada di kampung nelayan Wuring adalah pendatang dari Sulawesi. Ada yang merupakan orang Bajo, hingga Bugis.
Mereka pun beragama Islam, berbeda dengan masyarakat asli Maumere yang beraga Katolik dan Kristen. Perbedaan pun tidak menjadi hambatan antar masyarakat yang berbeda untuk hidup rukun saling berdampingan.
Kegiatan di kampung nelayan Wuring pun akan semakin semarak ketika sore tiba. Transaksi jual beli ikan biasanya dilakukan pada sore hari. Di pagi hari, suasana begitu tenang dan damai. Nyaman sekali rasanya.
Sayang, masih terlihat sampah plastik hingga sisa kardus dan karton di sekitaran kampung nelayan Wuring. Seandainya ada kesadaran untuk hidup bersih di masyarakatnya, kampung nelayan Wuring pasti akan semakin cantik lagi.


Pantai Wairterang


Berjarak 28 kilometer dari kota Maumere ibukota kabupaten Sikka,dan ± 103 kilometer dari Larantuka (ibukota kabupaten Flores Timur), pantai Wairterang merupakan pantai berpasir hitam yang ramai dikunjugi wisatawan lokal dan mancanegara.Kawsan pantai Wairterang berada di area perairan Teluk Maumere yang luasnya 62,45 hektar yang dilindungi pemerintah.Hal ini terlihat dari pemberitahuan dari kementrian Kehutanan yang dipasang di lokasi pantai Wairterang.
Berdasarkan Surat keputusan (SK) nomor 26/Kpts-II/1987 menyatakan bahwa  di areal kawsan taman wisata laut gugus pulau teluk Maumere dilarang melakukan kegiatan menangkap ikan menggunakan bom potasium,mengambil karang dan biota laut yang dilindungi serta merusak bakau atau mangrove.
Pantai Waiterang memang terlihat memikat karena berada di tengah teluk Maumere.Dari pantai kita bisa memandang pulau besar di tengah laut.Banyak pengunjung selain datang sendirian dan bersama keluarga,ada yang datang berkelompok.Selain duduk – duduk menikmati pemandangan pantai dan berfoto,terlihat banyak pengunjung yang mandi.Beberapa pengunjung asyik bermain bola kaki di pasir.
Di kawasan ini juga terdapat beberapa pohon besar  berusia puluhan tahun dengan diameter  satu meter hingga satu setengah meter.Adanya pohon besar tersebut menjadikan pantai Wairterang menjadi teduh .Menjelang soreh,udara dingin berhembus menusuk kulit karena rimbunnya pepohonan sekitar  hutan  lindung yang cuma berjarak lima meter sebelah atas  dari areal parkir kendaraan di pantai Wairterang.


Pulau Pangabatang



Pulau Pangabatang adalah sebuah pulau kecil nan cantik yang belum terjamah di Teluk Maumere, Flores. Datang ke sana, traveler serasa berada di pulau pribadi, hanya ada Anda, pantai dan langit sebagai atap.
Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan mobil sewaan dari Maumere ke Watubaing. Watubaing adalah tempat kapal kecil menunggu untuk membawa kami ke Pulau Pangabatang. Perjalanan memakan waktu selama 45 menit. Sepanjang perjalanan kami akan melewati
beberapa perkampungan warga khas Flores. Uniknya, di depan rumah mereka terdapat kuburan dari keluarga yang meninggal.
Sebagai informasi, Maumere adalah Ibukota Kabupaten Sikka dan dapat dicapai dengan pesawat dari Jakarta. Ada 2 pilihan transit, yaitu di Kupang dan Denpasar.
Pelabuhan yang ada lebih mirip tempat bersandar kapal nelayan, bukan sebuah pelabuhan seperti yang sering kita lihat di film. Kapal kecil yang disewa berisi penuh dengan anggota grup kami.
Anak buah kapal (ABK) hanya 2 orang. Di dalam kapal tidak ada jaket pelampung, dan makanan pun harus disediakan sendiri. Setelah 45 menit perjalanan, Pulau Pangabatang pun mulai menampakan dirinya. Pasir putih terbujur memanjang, pantai putih yang landai semakin menggoda untuk segera ditapaki. Lokasi pulau ini berdekatan dengan Pulau Babi, yang pada tahun 1992 menjadi korban tsunami yang melanda Maumere.
Bermain di pantai landai nan putih milik Pulau Pangabatang menjadi agenda kami selanjutnya. Ada sebatang pohon yang tumbuh unik di pasir yang landai, sehingga tampak seperti tumbuh ditengah laut.
Tatanan pantai yang landai ini sungguh menarik karena traveler dapat berjalan ketengah laut. Ikan-ikan cantik berseliweran di kaki, sementara kami berjalan menyusuri pantai. Belum lagi keindahannnya, bagai mutiara di Teluk Maumere.
Tidak ada pengunjung lain selain kami, benar-benar serasa ini pantai milik pribadi. Memang pantai ini hanya terkenal di kalangan penduduk lokal dan beberapa turis asing.
Berlibur di pulau Pangabatang menjadi suatu kenikmatan tersendiri. Pantai landai nan luas serasa menjadi milik pribadi, hanya ada Anda, pantai dan langit tanpa batas.
Ikan-ikan kecil tanpa malu-malu berkeliaran di laut dangkal ini. Suatu objek wisata yang layak anda kunjungi ditengah perjalanan Anda melintasi Flores. Tapi ingat, bagi yang ingin mengunjungi pulau cantik ini disarankan untuk menghindari bulan November sampai Maret karena angin kencang.



Pulau Koja Doi


Memang suatu pulau tak hanya dikenang dengan keindahan alam dan keanekaragaman budaya saja, namun keunikan juga menjadi hal yang takkalah menarik. Salah satunya, ini dia pulau Koja Doi.
Secara geografis, Koja Doi terletak disebelah utara laut Flores, terpisah dari sebagian besar wilayah kabupaten Sikka yang terletak di daratan pulau Flores.
Pulau Koja Doi yang termasuk dalam wilayah kecamatan Alor Timur, kab Sikka Prov Nusa Tenggara Timur ini berjarak 28 kilometer dari Kota Maumuere.

Untuk menuju pulau ini, satu-satunya akses yaitu melalui jalur laut. Sebenarnya ada banyak pelabuhan untuk mencapai pulau ini, salah satunya pelabuhan Nanghale.
Menjejakkan kaki di Pelabuhan Koja Doi begitu tenang. Pulau Koja Doi dihuni sekitar 150 kepala keluarga yang sebagian besar merupakan orang Buton.
Mayoritas penduduk Koja Doi memilih mata pencaharian sebagai nelayan, selebihnya berladang. Semua masyarakat pulau Koja Doi pemeluk agama muslim. Menurut warga nama Koja Doi sendiri memiliki arti kenari kecil.
Selain terkenal akan masyarakatnya yang hangat, Koja Doi juga dilirik karna jembatan batu yang menghubungkan Koja Kecil dan Koja Besar. Jembatan sepanjang hampir 600 meter ini merupakan jembatan buatan.
Satu lagi sensasi yang tak boleh anda lewatkan di Koja Doi, yaitu menikmati bias jingga sang surya saat kembali ke peraduan. Perfect!!



Pulau Pemana


Kendaraan berat peti kemas yang berlalu-lalang di depan kami meninggalkan kecamuk debu yang membuat kami tak kuasa untuk sekedar mengernyitkan dahi, mengibas-ngibaskan tangan, hingga menutup mata dan hidung. Hampir satu jam kami menunggu keberangkatan kapal yang ada dihadapan kami. Kapal ini akan menuju pulau Pemana, pulau dengan luasan sekitar 5 km2 ini merupakan satu dari 18 pulau dalam gugusan pulau-pulau kecil di laut utara kabupaten Sikka. Dari ke-18 pulau tersebut, hanya sembilan pulau yang ditinggali penduduk, salah satunya pulau Pemana.
Deru mesin kapal berbaur dengan hiruk pikuk penumpang yang satu persatu mulai naik ke atas kapal, mencari posisi yang paling nyaman untuk perjalan 1,5-2 jam kedepan. Kapal ini berkapasitas cukup besar, mungkin ada sekitar 50 orang di dalam kapal belum lagi ditambah dengan muatan lain seperti sembako, kendaraan bermotor, ternak dll. Setiap harinya tersedia hanya satu kapal yang melayani rute Pemana – Maumere pulang-pergi.
Langit biru cerah dihiasi gugusan awan-awan cumulonimbus rendah menjadi pemandangan khas
perairan timur disaat di musim kemarau. Angin teduh dan gelombang yang tak terlalu tinggi memberi kita waktu untuk lebih menikmati perjalanan. Akan tetapi ketika memasuki bulan Juli – Agustus, angin mulai bertiup lebih kencang dari biasanya. Ombak pun beriak lebih tinggi dan dapat dipastikan perjalanan dikala itu akan membangkitkan adrenalin anda. Matahari mulai condong ke barat, perkampungan ala masyarakat pesisir mulai tampak dari kejauhan. Aktifitas pelabuhan terlihat mulai ramai dengan warga yang menanti rekan, saudara, atau sejawatnya yang akan segera berlabuh. Beberapa tukang ojek dengan sigap menawarkan jasa angkutan kepada penumpang yang terlihat kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang. Jika anda datang dengan rombongan, cobalah menaiki ojek motor roda 3, laiknya mobil pickup lengkap dengan bak belakangnya.
Pulau Pemana terdiri dari 2 Desa yaitu desa Pemana dan desa Gunung Sari. Untuk saat ini kapal-kapal yang datang dari Maumere berlabuh di desa Pemana dikarenakan pelabuhan di desa Gunung Sari masih rusak akibat sapuan ombak. Berpenduduk sekitar 1500 jiwa, sebagian besar penduduk pulau Pemana berasal dari suku Buton di Sulawesi. Walaupun terdapat suku lain seperti suku Bajao dan Maumere, namun bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Buton. Selain bermata pencaharian sebagai nelayan seperti desa-desa pesisir pada umumnya, sebagian penduduk pulau Pemana juga bercocok tanam. Hasil pertanian di Pemana berupa kacang hijau, umbi-umbian, jagung, dan kelapa.
Dusun Ngolo di Desa Gunung Sari menjadi tujuan saya setelah berlabuh di desa Pemana, untuk sampai di dusun tersebut kita bisa berjalan kaki sekitar 2 jam lebih atau menggunakan jasa ojek motor. Dusun Ngolo merupakan satu dari tiga dusun yang ada di Desa Gunung Sari. Dusun lainnya adalah dusun Waniama dan dusun Siaga. Desa Gunung Sari merupakan pemekaran dari desa Pemana sejak 2003. Desa Gunung Sari sudah ada sejak tahun 1800-an dan menjadi desa pertama yang dihuni di pulau Pemana. Nama Gunung Sari sendiri berasal dari nama kapal layar yang berlayar dari pelabuhan di Jawa, kemudian terdampar di tanjung dusun Siaga. Mitos yang berkembang, kapal ini terdampar karena mengikuti kapal hantu.
Dari kejauhan pulau Pemana tampak seperti terputus atau terbelah di tengah-tengahnya. Kenyataannya tidak seperti itu. Di tempat yang dari kejauhan tampak terputus itulah dusun Ngolo berada, Ngolo sendiri dalam Bahasa Buton artinya terputus. Dusun Ngolo diapit oleh dua bukit dan dua pantai. Di sisi Timur terdapat bukit Mbosa dan disisi Barat terdapat bukit Sowa, sedangkan di sisi Utara dan Selatan di apit oleh pantai Sawengka dan Woru.
Senja merambat pelan berganti petang, matahari kembali ke peraduannya, semburat jingga menghiasi langit mengiringi langkah saya menuju rumah Bapa Desa Gunung Sari untuk beristirahat. Lampu-lampu di rumah penduduk mulai dinyalakan, senja berganti malam. Sumber listrik di pulau ini cukup terjamin berkat adanya pembangkit listrik tenaga Diesel dari PLN. Masyarakat desa bisa menikmati listrik hampir 24 jam sehari. Bagi anda yang ingin membersihkan badan, di pulau ini telah tersedia sumur-sumur air tawar. Setelah membersihkan badan, kami melanjutkan dengan perbincangan ringan dengan Bapa Desa tentang keadaan umum pulau ini. Pembicaraan kami terhenti ketika salah seorang kerabat Bapa Desa menawari kami untuk makan malam dengan kuliner khasnya berupa sayur kacang hijau. Malam makin larut, tetapi tunda dulu keinginan anda untuk tidur. Tengoklah ke langit malam, bintang-bintang bertaburan bak pasir di pantai. Bergeserlah menuju pantai Woru di selatan dusun Ngolo, hamparan bintang galaksi bima sakti yang makin larut makin jelas terlihat, tersaji dengan megah. Sungguh pemandangan yang sulit didapat ketika kita berada di kota-kota besar. Jangan terbuai dengan keindahan malam di Pemana, karena esok hari, pulau ini belum berhenti memberi kejutan.
Langit masih gelap, suara Adzan Subuh memanggil umat untuk menunaikan ibadah, derap langkah beberapa pemuda seakan memecah keheningan dusun kecil ini. Bagi anda yang mendamba panorama matahari terbit, bergegaslah menuju bukit Mbosa di sebelah timur dusun ini. Puncak bukit ditandai dengan adanya sebuah talang air dengan hamparan ladang kacang hijau disekitarnya. Saya menghela nafas, tersengal-sengal akibat terburu-buru mendakit bukit. Pandangan saya lempar jauh ke ufuk timur, matahari belum muncul dari peraduaannya. Tepat pukul 6 pagi, semburat mulai terlihat, perlahan bertambah terang dan munculah bulatan sang Fajar menyapa hari terakhir saya di pulau Pemana. Tak ada kata-kata yang terucap dari mulut saya, hanya bergumam dalam hati, terimakasih Tuhan, terimakasih Indonesia, terimakasih Flores.
Tips :
Kapal penumpang berangkat dari Maumere menuju pulau Pemana pada pukul 13.00 WITA, dan kembali kembali pada pukul 08.00 WITA
Bawalah peralatan snorkeling, karena banyak spot-spot menarik disekitar Pemana seperti Pemana Kecil (pulau Kambing) atau pulau Babi
Belum tersedia penginapan di pulau ini, bawalah selali kantong tidur anda. Sebagian besar rumah di Pemana adalah rumah panggung, jika anda ingin bermalam, bersosialisasilah dengan penduduk sekitar, penduduk Pemana sangat ramah, minta ijin untuk bermalam di terasnya
Jangan khawatir kehabisan perbekalan, karena terdapat beberapa kios yang menyediakan makanan dan minuman ringan



Tanjung Kajuwulu


Maumere merupakan sebuah kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadi ibukota Kabupaten Sikka sekaligus sebagai gerbang pintu masuk wilayah timur Pulau Flores karena memiliki bandar udara terbesar di Pulau Flores. Belum banyak yang tau, kalau Maumere memiliki potensi wisata bahari yang menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi.
Kota Maumere memiliki sejumlah pantai berpasir putih yang keindahannya mampu menghipnotis setiap mata penglihatnya. Selain itu, perairan di kawasan Maumere juga memiliki pemandangan bawah laut yang tak kalah cantik untuk diselami.
Salah satu tempat yang menyuguhkan keindahan pesisir Maumere adalah Tanjung Kajuwulu.
Tanjung Kajuwulu terletak di wilayah pesisir utara Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Magepanda yang berada 24 km arah barat Kota Maumere atau berjarak sekitar 20 km dari Bandara Frans Seda Maumere. Sobat traveler dapat menjangkau tempat ini selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan bermotor.
Tanjung yang dikelilingi bukit hijau yang menjulang indah ini memiliki pemandangan pantai dengan hamparan pasir putih dan air yang jernih.
Di Pantai Kajuwulu, sobat traveler dapat melakukan kegiatan yang asyik seperti berjalan di tepi pantai, berenang, dan snorkeling.
Selain itu, sobat traveler juga dapat melihat keindahan pantai dari atas bukit dengan menaiki sekitar 300 anak tangga. Dari atas bukit sobat traveler tidak hanya akan melihat keindahan alam nan memesona berupa pantai berpasir putih dihiasi karang dan air laut yang berwarna kebiruan. Tak hanya itu saja, di atas bukit sobat traveler dapat melihat patung berbentuk salib yang tinggi. Pengunjung biasa menggunakan patung tersebut sebagai latar untuk berfoto.
Dalam sejarahnya, kawasan Tanjung Kajuwulu ini pada tahun 1992 pernah diterjang tsunami hebat.



Pulau Palue

Palue, adalah sebuah pulau yang terletak di perairan sebelah utara Pulau Flores. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Di bagian selatan pulau ini terdapat gunung berapi Rokatenda. Pulau Palu'e dijuluki "pulau gunung" yang terletak di Laut Flores karena memiliki banyak tempat yang diindikasikan sebagai area gunung api (dalam bahasa Palu'e disebut "poa"). "Poa" ini kemudian dimanfaatkan sebagai sumber air bagi sebagian masyarakat Palu'e dengan proses "sublimasi". Luas Pulau Palu'e adalah 41 km² dan dihuni oleh 10.000 jiwa yang tersebar di delapan desa yang berada di dataran pantai dan di dataran tinggi. Di pulau ini sudah ada jalan raya dan kendaraan bermotor sejak 2006. Palu'e bisa dicapai dari Maumere, sebuah kota di Flores, dengan perahu motor kayu dalam waktu empat jam.
Di bagian selatan pulau ini terdapat gunung berapi Rokatenda.

 

Sumber : http://tourism.nttprov.go.id

1 comment: