Pantai Koka
Memperhatikan rumah-rumah di sepanjang
jalan dari Maumere ke Paga akhirnya mengundang kesan bahwa masyarakat Flores,
khususnya Sikka, seperti mengoleksi bongkahan batu yang disusun rapih menjadi
taman batu di halaman rumah mereka. Inikah makna keaslian yang sengaja
dinampakkan kepada orang yang jauh terbang menyinggahi pulau tua ini.
Meliuk-liuk sepanjang 42 kilometer
dari Kota Maumere menuju arah barat di jalur Lintas Flores Selatan, sebuah
kecamatan bernama Paga memberikan sedikit jeda dengan jalannya yang lurus dan
lebih banyak ditanami pohon kelapa,
jambu mete, ketapang, dan pohon lainnya
yang hijau ketimbang susunan bebatuan namun kenyataannya Paga masih terus
memesona tamunya dengan sebuah pantai yang terkenal dari kabar burung yang
dikabarkan para petualang dan wisatawan.
Pantai Koka di Desa Wolowiro
disebut-sebut sebagai tempat dimana alam memanjakan mata dan batin manusia. Bila menggambarkan sebuah tempat nan
indah yang masih perawan namun sempat disinggahi tamu Eropa khususnya dari
Belanda di tahun 90-an maka Pantai Koka adalah ilustrasi terbaik.
Tak banyak orang mengenal apalagi
mengunjungi pantai berpasir halus dan putih keemasan ini. Keindahannya seolah
tersembunyi dari keramaian dunia. Beberapa nelayan biasanya berteduh di bawah
pohon di antara dua pantai yang melengkung seperti tersenyum satu sama lain.
Dua pantai ini sama indahnya dan sama keasliannya. Bisa dibayangkan nikmatnya
ikan bakar segar dari laut disantap di bawah rindangnya pohon yang menjadi
payung kebersamaan.
Beberapa wanita dari kampung setempat
nampak berjalan membawa berbagai barang di atas kepalanya seolah menampilkan
atraksi akrobat gratis. Dalam bahasa daerah Sikka mereka bersapaan dan mereka
pun berkemampuan memberikan senyuman paling ramah pada pengunjung pantai yang
juga mencoba melempar senyum sapa. Semua ini akan ditemukan selama perjalanan
kaki dari tepi jalan raya beraspal halus hingga ke bibir pantai yang jaraknya
kira-kira 2 kilometer dan ditempuh selama 30 menit atau sedikit lebih lama
karena jalan cadas berbatu.
Tak lama setelah itu, sebuah pantai di
tepi kanan seolah memaksa kaki berlari meraih airnya yang jernih tak
tergambarkan. Pantai ini tepat bagi mereka yang gemar menyusuri pasir halus dan
bersih. Di sisi lain tak jauh dari pantai ini, sebuah bibir pantai lain
tersungging menyambut pengunjung, tepat dijadikan gambaran khayalan yang
menjadi kenyataan. Dua bukit batu membatasi ujung bibir pantai satu dengan yang
lainnya. Airnya yang biru bening seolah tatapan mata yang menyambut hangat,
persis sehangat airnya saat kelelahan diserahkan seutuhnya pada keramahan alam
mengobati kepanatan ragawi.
Tips
Tetap bawa minuman dan makanan yang
cukup untuk bertahan di kawasan pantai indah ini karena tidak ada satu pun
fasiltas yang dibangun atau diadakan oleh pemerintah maupun masyarakatnya.
Pantai Kajuwulu
Di Indonesia, memang mempunyai banyak
sekali pantai yang sangat indah menawan. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki
beberapa spot taman laut yang tak kalah menarik untuk diselami atau untuk
sekedar snorkling. Nah tapi, di Maumere, kita bisa menikmati keduanya
sekaligus, pantai yang indah dan taman laut yang cantik.
Pantai ini adalah pantai Kajuwulu,
berada di sisi utara pulau Flores. Tepatnya terletak di sekitar 9 km ke arah
barat dari Maumere, Ibukota kabupaten Sikka, provinsi Nusa Tenggara
Timur. Tak banyak wisatawan yang tahu, bahwa di Maumere ini terdapat banyak
potensi wisata
bahari yang tak kalah saing dengan wisata lain yang sudah
terkenal.
Pesona panorama di pantai ini sungguh
tidak dapat dilukiskan dengan sempurna, betapa indahnya. Pantai Kajuwulu
memiliki riak air yang tenang jernih kebiruan, dan cocok untuk bersnorkling
mengingat juga terdapat biota terumbu karang yang hidup subur di perairan ini.
Bukit sabana membentang meliuk indah mencipatan warna kontras di garis pantai.
Dengan
pesona pantai berpasir putih , laut biru yang tenang dan indah
sampai dunia bawah laut yang memukau, siapa yang tidak betah dengan panorama
ini.
Untuk dapat menuju lokasi ini, bagi
Anda yang berasal dari Jakarta, disarankan untuk membeli tiket dengan tujuan
Kupang. Hal ini karena, tiket Jakarta ke Maumere lebih mahal daripada tiket
Jakarta ke Kupang. Selain itu, kita bisa menyaksikan hijaunya sabana di bukit
sepanjang perjalanan, apabila kita berkunjung saat musim penghujan. Jika saat
musim kemarau, yang kita lihat bukit akan dihiasi warna kuning keemasan tanda
sabana sedang tandus. Meski begitu, perjalanan tetap menyenangkan dengan
udara yang menyejukkan dan langit biru yang cerah.
Sekitar satu jam dari Maumere, kita
sudah bisa sampai ke sebuah tanjung yang mana itu merupakan pantai kajuwulu.
Pesisir pantai yang memiliki pasir putih dibeberapa tempat ini berhadapan
langsung dengan bukit-bukit tandus yang berdiri garang didepannya. Tentu akan
nampak hijau ketika musim hujan tiba. Bukit-bukit natural yang berdiri kokoh
ini seakan turut menambah keindahan lukisan alam.
Sebuah salib besar menjulang megah di
atas bukit tepat di depan pantai. Untuk mencapainya harus meniti tiga ratus
anak tangga. Jika udara dingin dan matahari tidak tepat di atas kepala,
pendakian ini tidak terlalu sulit.
Di puncak bukit hanya tumbuhan dengan
lapisan lilin tebal. Apabila langit cerah dan kondisi alam saat itu sejuk, kita
bisa menikmati pemandangan dari sini yang luar biasa cantiknya. Lautan biru ternaungi
liukan garis pantai berpasir putih dan garis horison. Apabila memang berniat
untuk mencapai puncak bukit, kita perlu mempersiapkan perbekalan yang cukup,
terutama air mineral agar tidak kehausan dalam perjalanan naik maupun menuruni
bukit.
Saat menikmati panorama yang
ditawarkan pantai kajuwulu ini, tak sadar kalau tsunami hebat pernah menerjang
kawasan ini pada tahun 1992. Namun, saat ini pesona bawah laut Maumere sudah
pulih, dan menjadikan Maumere sebagai lokasi diving favorit di Nusa Tenggara Timur.
Di sekitar Maumere, terdapat tiga lokasi favorit untuk snorkeling dan diving
selain di pantai Kajuwulu ini sendiri: Sea World Club Resort, Ankermi Happy
Dive Resort, dan Sao Wisata Diving Center.
Sea World dan Sao Wisata berlokasi di
Pantai Waiara, 10 – 14 kilometer dari Bandara Frans Seda dan pusat Kota
Maumere. Sementara Ankermi, yang paling disarankan untuk dicoba, terletak di
Watumita, 29 kilometer dari pusat kota.
Intinya, saat kita berada di Maumere,
kalau tidak puas ke pantai satu ini, banyak sekali pantai pantai yang lain yang
juga patut dikunjungi, terlebih karena pantai yang unik serta bawah laut yang
menarik. Cocok bagi Anda yang suka wisata bahari.
Teluk Maumere
Gugusan pulau-pulau di teluk Maumere
sebanyak sembilan belas pulau. Gugusan pulau-pulau tersebut meliputi Kojadoi,
Kojagete, Permaan, Pangabatang, Sukun dan Pulau Babi yang masuk di wilayah
Kecamatan Alok Timur, sedangkan Pulau Kambing dan Pemana termasuk wilayah
Kecamatan Alok. Teluk Maumere juga meliputi daerah Kangae, Kewapante dan
sekitarnya. Taman Laut di Teluk Maumere memiliki spot-spot terumbu karang serta
berbagai jenis ikan dan biota laut. Selain keindahan bawah air, pulau-pulau
kecil tersebut memiliki panorama pasir putih laut yang jernih. Teluk Maumere
cocok untuk selam, snorkeling dan wisata pantai.
Pantai Doreng
Pantai Doreng berada dalam wilayah
pemerintah Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur.
pantai berpasir putih ini terletak di pantai selatan Kabupaten Sikka atau pulau
flores (kota maumere terletek di pesisir pantai utara). hamparan laut sawu yang
luas dan membentang didepannya sangat indah.
Nama Doreng sendiri dalam penuturan
masyarakat setempat kepada kami berasal dari nama seorang pantai asal Flores
Timur bernama Doren yang pernah mampir dikampung ini. sedang versi lain
mengatakan berasal dari bahasa setempat doreng yang artinya menggantung. ini
berhubungan dengan cerita tentang salib besar yang pernah ditancapkan di pantai
Doreng. salib itu kini telah tiada, konon salib Watu Crus dipantai dulunya
pernah ada dipantai Doreng.
Cerita ini masih berkaitan dengan
keberadaan dua misionaris khatolik asal portugis jaman dulu yang kini makamnya
telah diketemukan oleh masyarakat sekitar. Makam tersebut berdekatan dengan
pantai
Doreng. Ada dua rute menuju pantai Doreng. Pertama bisa melewati jalur
atau atau rute kewapante. dari kota maumere, rute ini agak kejauhan . Rute
kedua bisa melewati Desa Waipare. Rute Waipare berdekatan dengan kota maumere.
kedua rute yang berada di lintasan jalan raya menuju arah timur menuju
kabupaten Sikka inilah yang mengawali perjalanan menuju pantai Doreng. kata
orang, rute waipare medannya lumayan lebih baik daripada menggunakan rute
kewapante. kami ingin membuktikannya dengan melewati kedua rute. keberangkatan
kami pertama kali akan melewati rute kewapante, pulangnya melewati rute
Waipare.
Setelah melewati medan yang lumayan
berat akhirnya kami melewati kawasan berpasir putih, Pantai Doreng. disinilah
mobil yang kami tumpangi bertambah oleh kiri-kanan dengan kecepatan yang sangat
pelan, maklum ruas jalan yang kami lewati rusak berat.
Paparan
pantai indah ini langsung dari ketinggian. Dari sini kita bisa menikmati
riak-riak gelombang dengan buih-buih ombaknya yang saling berebutan menuju
bibir pantai. perasaan lega memenuhi dada kami. rasa bete dan capek dalam
perjalanan terobati dengan kompensasi yang lumayan . jika saja ada investor
yang mau membangun tempat-tempat penginapan di ketinngian maupun dipesisir
pantai dengan didukung promosi dari pemerintah daerah, jelas akan banyak
wisatawan yang akan berkunjung kesini.
Langsung atau tidak kehidupan ekonomi
masyarakat setempat akan terangkat. yang penting adalah akses jalan yang rusak
segera diperbaiki. Memang disini tak ada sama sekali penginapan . apalagi
warung-warung makan. singkat kata belum terjemah kehidupan modern. masyarakat
desa masih mengandalkan hasil bumi perkebunan untuk menopang kehidupan meraka.
Suasana alamiah sangat terasa ketika berada dikawasan ini. Kami tak bosan-bosan
mengabdikan panorama alam pantai Doreng. selain kami tak ada satupun pengunjung
atau wisatawan yang berada dipantai Doreng. kami merasa kami yang memiliki
pantai indah ini. panjang pantai berpasir putih ini sekitar 4 km (empat
kilometer). kedua ujung pantai ini memiliki hamparan pasir hitam alias pasir
besi. batu-batu hitam mengkilap terlihat disekitar bagian bawah tebing.
Sesekali ombak-ombak besar menghantam batu-batu ini , pecah berantakan buihnya
yang menjulang tinggi.
Lebar pantai pasir putih sangat
lumayan. Bahkan pasir putih ini melebar sampai ke pemukiman rumah warga dan
jalan sekitar. Melihat kami datang beberapa anak kecil datang mendekati kami
dengan senyum yang ramah . sepanjang pemotretan mereka mendampingi kami dan tak
sungkan-sungkan membantu ala kadarnya.
Di Desa Nen Bura (pasir putih) kita
juga bisa membawa oleh-oleh souvenir cantik yang di buat oleh ibu-ibu. Souvenir
dalam bentuk asbak,boneka-boneka kecil dan lain-lain di buat dengan menggunakan
siput atau karang dan pasir besi yang di ambil dari pantai doreng, kelihatannya
cantik dan bisa di bawa pulang sebagai oleh-oleh.
Setelah berlama –lama di pantai doreng
, kami mulai merasa capek luar biasa ,pak camat yang mendampingi kami sepanjang
pemotretan juga mengalami keadaan yang sama.di bawah rindangan pepohonan pantai
kami mengusir kepenatan dengan menjelajahi panorama pantai dengan mata indah
yang kami miliki.
Kampung Nelayan Wuring
Biasanya perkampungan nelayan identik
dengan suasana kumuh dan sedikit kotor, tapi sedikit berbeda dengan kampung
nelayan Wuring di Maumere, Flores. Bau amis memang ada, tapi airnya begitu
jernih, bahkan transparan. Ayo dilihat!
Layaknya perkampungan nelayan,
sebagian besar nelayan di Wuring menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan
di laut. Saat pagi hari, para nelayan sudah melaut untuk mencari ikan atau
membersihkan jaring. Terlihat juga anak-anak yang sibuk berenang di laut.
detikTravel berkunjung ke sana beberapa waktu lalu.
Uniknya, rumah nelayan di Wuring ini
dibuat seperti rumah panggung. Semua rumah disangga oleh bambu yang ditancapkan
ke dasar tepian laut. Selain sebagai fondasi rumah, bambu juga digunakan untuk
menghubungkan setiap rumah hingga ke jalan utama.
Dengan menapaki jalur bambu yang ada,
kita dapat berjalan sekitar 500 meter hingga ke laut. Dari ujung tepiannya,
terlihat Laut Maumere yang begitu jernih dan indah. Saking jernihnya, perahu
nelayan yang ditambatkan pun terlihat mengambang.
Sekilas melihat, ada persamaan antara
kampung nelayan Wuring dan kampung nelayan suku Bajo di Sulawesi, khususnya
soal bentuk rumahnya yang terapung dan saling terhubung. Ternyata, mayoritas
nelayan yang ada di kampung nelayan Wuring adalah pendatang dari Sulawesi. Ada
yang merupakan orang Bajo, hingga Bugis.
Mereka pun beragama Islam, berbeda
dengan masyarakat asli Maumere yang beraga Katolik dan Kristen. Perbedaan pun
tidak menjadi hambatan antar masyarakat yang berbeda untuk hidup rukun saling
berdampingan.
Kegiatan di kampung nelayan Wuring pun
akan semakin semarak ketika sore tiba. Transaksi jual beli ikan biasanya
dilakukan pada sore hari. Di pagi hari, suasana begitu tenang dan damai. Nyaman
sekali rasanya.
Sayang, masih terlihat sampah plastik
hingga sisa kardus dan karton di sekitaran kampung nelayan Wuring. Seandainya
ada kesadaran untuk hidup bersih di masyarakatnya, kampung nelayan Wuring pasti
akan semakin cantik lagi.
Pantai Wairterang
Berjarak 28 kilometer dari kota
Maumere ibukota kabupaten Sikka,dan ± 103 kilometer dari Larantuka (ibukota
kabupaten Flores Timur), pantai
Wairterang merupakan pantai berpasir hitam yang ramai dikunjugi wisatawan lokal
dan mancanegara.Kawsan pantai Wairterang berada di area perairan Teluk Maumere
yang luasnya 62,45 hektar yang dilindungi pemerintah.Hal ini terlihat dari pemberitahuan
dari kementrian Kehutanan yang dipasang di lokasi pantai Wairterang.
Berdasarkan Surat keputusan (SK) nomor
26/Kpts-II/1987 menyatakan bahwa di areal kawsan taman wisata laut gugus
pulau teluk Maumere dilarang melakukan kegiatan menangkap ikan menggunakan bom
potasium,mengambil karang dan biota laut yang dilindungi serta merusak bakau
atau mangrove.
Pantai Waiterang memang terlihat
memikat karena berada di tengah teluk Maumere.Dari pantai kita bisa memandang
pulau besar di tengah laut.Banyak pengunjung selain datang sendirian dan
bersama keluarga,ada yang datang berkelompok.Selain duduk – duduk menikmati
pemandangan pantai dan berfoto,terlihat banyak pengunjung yang mandi.Beberapa
pengunjung asyik bermain bola kaki di pasir.
Di kawasan ini juga terdapat beberapa
pohon besar berusia puluhan tahun dengan diameter satu meter hingga
satu setengah meter.Adanya pohon besar tersebut menjadikan pantai Wairterang
menjadi teduh .Menjelang soreh,udara dingin berhembus menusuk kulit karena
rimbunnya pepohonan sekitar hutan lindung yang cuma berjarak lima
meter sebelah atas dari areal parkir kendaraan di pantai Wairterang.
Pulau Pangabatang
Pulau Pangabatang adalah sebuah pulau
kecil nan cantik yang belum terjamah di Teluk Maumere, Flores. Datang ke sana,
traveler serasa berada di pulau pribadi, hanya ada Anda, pantai dan langit
sebagai atap.
Perjalanan
dapat dilakukan dengan menggunakan mobil sewaan dari
Maumere ke Watubaing. Watubaing adalah tempat kapal kecil menunggu untuk
membawa kami ke Pulau Pangabatang. Perjalanan
memakan waktu selama 45 menit. Sepanjang perjalanan kami akan melewati
beberapa
perkampungan warga khas Flores. Uniknya, di depan rumah mereka terdapat kuburan
dari keluarga yang meninggal.
Sebagai informasi, Maumere adalah
Ibukota Kabupaten Sikka dan dapat dicapai dengan pesawat dari Jakarta. Ada 2
pilihan transit, yaitu di Kupang dan Denpasar.
Pelabuhan yang ada lebih mirip tempat bersandar kapal nelayan,
bukan sebuah pelabuhan seperti yang sering kita lihat di film. Kapal kecil yang
disewa berisi penuh dengan anggota grup kami.
Anak buah kapal (ABK) hanya 2
orang. Di dalam kapal tidak ada jaket pelampung, dan makanan pun harus
disediakan sendiri. Setelah 45
menit perjalanan, Pulau Pangabatang pun mulai menampakan dirinya. Pasir putih
terbujur memanjang, pantai putih yang landai semakin menggoda untuk segera
ditapaki. Lokasi pulau ini berdekatan dengan Pulau Babi, yang pada tahun 1992
menjadi korban tsunami yang melanda Maumere.
Bermain di pantai landai nan putih
milik Pulau Pangabatang menjadi agenda kami selanjutnya. Ada sebatang pohon
yang tumbuh unik di pasir yang landai, sehingga tampak seperti tumbuh ditengah
laut.
Tatanan pantai yang landai ini sungguh
menarik karena traveler dapat berjalan ketengah laut. Ikan-ikan cantik
berseliweran di kaki, sementara kami berjalan menyusuri pantai. Belum lagi
keindahannnya, bagai mutiara di Teluk Maumere.
Tidak ada pengunjung lain selain kami,
benar-benar serasa ini pantai milik pribadi. Memang pantai ini hanya terkenal
di kalangan penduduk lokal dan beberapa turis asing.
Berlibur di pulau Pangabatang menjadi
suatu kenikmatan tersendiri. Pantai landai nan luas serasa menjadi milik
pribadi, hanya ada Anda, pantai dan langit tanpa batas.
Ikan-ikan kecil tanpa malu-malu
berkeliaran di laut dangkal ini. Suatu objek wisata yang layak anda kunjungi
ditengah perjalanan Anda melintasi Flores. Tapi ingat, bagi yang ingin
mengunjungi pulau cantik ini disarankan untuk menghindari bulan November sampai
Maret karena angin kencang.
Pulau Koja Doi
Memang suatu pulau tak hanya dikenang
dengan keindahan alam dan keanekaragaman budaya saja, namun keunikan juga
menjadi hal yang takkalah menarik. Salah satunya, ini dia pulau Koja Doi.
Secara geografis, Koja Doi terletak
disebelah utara laut Flores, terpisah dari sebagian besar wilayah kabupaten
Sikka yang terletak di daratan pulau Flores.
Pulau Koja Doi yang termasuk dalam
wilayah kecamatan Alor Timur, kab Sikka Prov Nusa Tenggara Timur ini berjarak
28 kilometer dari Kota Maumuere.
Untuk menuju pulau ini, satu-satunya
akses yaitu melalui jalur laut. Sebenarnya ada banyak pelabuhan untuk mencapai
pulau ini, salah satunya pelabuhan Nanghale.
Menjejakkan kaki di Pelabuhan Koja Doi
begitu tenang. Pulau Koja Doi dihuni sekitar 150 kepala keluarga yang sebagian
besar merupakan orang Buton.
Mayoritas penduduk Koja Doi memilih
mata pencaharian sebagai nelayan, selebihnya berladang. Semua masyarakat pulau
Koja Doi pemeluk agama muslim. Menurut warga nama Koja Doi sendiri memiliki
arti kenari kecil.
Selain terkenal akan masyarakatnya
yang hangat, Koja Doi juga dilirik karna jembatan batu yang menghubungkan Koja
Kecil dan Koja Besar. Jembatan sepanjang hampir 600 meter ini merupakan
jembatan buatan.
Satu lagi sensasi yang tak boleh anda
lewatkan di Koja Doi, yaitu menikmati bias jingga sang surya saat kembali ke
peraduan. Perfect!!
Pulau Pemana
Kendaraan berat peti kemas yang
berlalu-lalang di depan kami meninggalkan kecamuk debu yang membuat kami tak
kuasa untuk sekedar mengernyitkan dahi, mengibas-ngibaskan tangan, hingga
menutup mata dan hidung. Hampir satu jam kami menunggu keberangkatan kapal yang
ada dihadapan kami. Kapal ini akan menuju pulau Pemana, pulau dengan luasan
sekitar 5 km2 ini merupakan satu dari 18 pulau dalam gugusan pulau-pulau kecil
di laut utara kabupaten Sikka. Dari ke-18 pulau tersebut, hanya sembilan pulau
yang ditinggali penduduk, salah satunya pulau Pemana.
Deru mesin kapal berbaur dengan hiruk
pikuk penumpang yang satu persatu mulai naik ke atas kapal, mencari posisi yang
paling nyaman untuk perjalan 1,5-2 jam kedepan. Kapal ini berkapasitas cukup
besar, mungkin ada sekitar 50 orang di dalam kapal belum lagi ditambah dengan
muatan lain seperti sembako, kendaraan bermotor, ternak dll. Setiap harinya
tersedia hanya satu kapal yang melayani rute Pemana – Maumere pulang-pergi.
Langit biru cerah dihiasi gugusan
awan-awan cumulonimbus rendah menjadi pemandangan khas
perairan timur disaat di
musim kemarau. Angin teduh dan gelombang yang tak terlalu tinggi memberi kita
waktu untuk lebih menikmati perjalanan. Akan tetapi ketika memasuki bulan Juli
– Agustus, angin mulai bertiup lebih kencang dari biasanya. Ombak pun beriak
lebih tinggi dan dapat dipastikan perjalanan dikala itu akan membangkitkan
adrenalin anda. Matahari mulai condong ke barat, perkampungan ala masyarakat
pesisir mulai tampak dari kejauhan. Aktifitas pelabuhan terlihat mulai ramai
dengan warga yang menanti rekan, saudara, atau sejawatnya yang akan segera
berlabuh. Beberapa tukang ojek dengan sigap menawarkan jasa angkutan kepada
penumpang yang terlihat kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang. Jika
anda datang dengan rombongan, cobalah menaiki ojek motor roda 3, laiknya mobil
pickup lengkap dengan bak belakangnya.
Pulau Pemana terdiri dari 2 Desa yaitu
desa Pemana dan desa Gunung Sari. Untuk saat ini kapal-kapal yang datang dari
Maumere berlabuh di desa Pemana dikarenakan pelabuhan di desa Gunung Sari masih
rusak akibat sapuan ombak. Berpenduduk sekitar 1500 jiwa, sebagian besar
penduduk pulau Pemana berasal dari suku Buton di Sulawesi. Walaupun terdapat
suku lain seperti suku Bajao dan Maumere, namun bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Buton. Selain bermata pencaharian sebagai nelayan
seperti desa-desa pesisir pada umumnya, sebagian penduduk pulau Pemana juga
bercocok tanam. Hasil pertanian di Pemana berupa kacang hijau, umbi-umbian,
jagung, dan kelapa.
Dusun Ngolo di Desa Gunung Sari
menjadi tujuan saya setelah berlabuh di desa Pemana, untuk sampai di dusun
tersebut kita bisa berjalan kaki sekitar 2 jam lebih atau menggunakan jasa ojek
motor. Dusun Ngolo merupakan satu dari tiga dusun yang ada di Desa Gunung Sari.
Dusun lainnya adalah dusun Waniama dan dusun Siaga. Desa Gunung Sari merupakan
pemekaran dari desa Pemana sejak 2003. Desa Gunung Sari sudah ada sejak tahun
1800-an dan menjadi desa pertama yang dihuni di pulau Pemana. Nama Gunung Sari
sendiri berasal dari nama kapal layar yang berlayar dari pelabuhan di Jawa,
kemudian terdampar di tanjung dusun Siaga. Mitos yang berkembang, kapal ini
terdampar karena mengikuti kapal hantu.
Dari kejauhan pulau Pemana tampak
seperti terputus atau terbelah di tengah-tengahnya. Kenyataannya tidak seperti
itu. Di tempat yang dari kejauhan tampak terputus itulah dusun Ngolo berada,
Ngolo sendiri dalam Bahasa Buton artinya terputus. Dusun Ngolo diapit oleh dua
bukit dan dua pantai. Di sisi Timur terdapat bukit Mbosa dan disisi Barat
terdapat bukit Sowa, sedangkan di sisi Utara dan Selatan di apit oleh pantai
Sawengka dan Woru.
Senja merambat pelan berganti petang,
matahari kembali ke peraduannya, semburat jingga menghiasi langit mengiringi
langkah saya menuju rumah Bapa Desa Gunung Sari untuk beristirahat. Lampu-lampu
di rumah penduduk mulai dinyalakan, senja berganti malam. Sumber listrik di
pulau ini cukup terjamin berkat adanya pembangkit listrik tenaga Diesel dari
PLN. Masyarakat desa bisa menikmati listrik hampir 24 jam sehari. Bagi anda
yang ingin membersihkan badan, di pulau ini telah tersedia sumur-sumur air
tawar. Setelah membersihkan badan, kami melanjutkan dengan perbincangan ringan
dengan Bapa Desa tentang keadaan umum pulau ini. Pembicaraan kami terhenti
ketika salah seorang kerabat Bapa Desa menawari kami untuk makan malam dengan
kuliner khasnya berupa sayur kacang hijau. Malam makin larut, tetapi tunda dulu
keinginan anda untuk tidur. Tengoklah ke langit malam, bintang-bintang
bertaburan bak pasir di pantai. Bergeserlah menuju pantai Woru di selatan dusun
Ngolo, hamparan bintang galaksi bima sakti yang makin larut makin jelas
terlihat, tersaji dengan megah. Sungguh pemandangan yang sulit didapat ketika
kita berada di kota-kota besar. Jangan terbuai dengan keindahan malam di
Pemana, karena esok hari, pulau ini belum berhenti memberi kejutan.
Langit masih gelap, suara Adzan Subuh
memanggil umat untuk menunaikan ibadah, derap langkah beberapa pemuda seakan
memecah keheningan dusun kecil ini. Bagi anda yang mendamba panorama matahari
terbit, bergegaslah menuju bukit Mbosa di sebelah timur dusun ini. Puncak bukit
ditandai dengan adanya sebuah talang air dengan hamparan ladang kacang hijau
disekitarnya. Saya menghela nafas, tersengal-sengal akibat terburu-buru
mendakit bukit. Pandangan saya lempar jauh ke ufuk timur, matahari belum muncul
dari peraduaannya. Tepat pukul 6 pagi, semburat mulai terlihat, perlahan
bertambah terang dan munculah bulatan sang Fajar menyapa hari terakhir saya di
pulau Pemana. Tak ada kata-kata yang terucap dari mulut saya, hanya bergumam
dalam hati, terimakasih Tuhan, terimakasih Indonesia, terimakasih Flores.
Tips :
Kapal penumpang berangkat dari Maumere
menuju pulau Pemana pada pukul 13.00 WITA, dan kembali kembali pada pukul 08.00
WITA
Bawalah peralatan snorkeling, karena
banyak spot-spot menarik disekitar Pemana seperti Pemana Kecil (pulau Kambing)
atau pulau Babi
Belum tersedia penginapan di pulau
ini, bawalah selali kantong tidur anda. Sebagian besar rumah di Pemana adalah
rumah panggung, jika anda ingin bermalam, bersosialisasilah dengan penduduk
sekitar, penduduk Pemana sangat ramah, minta ijin untuk bermalam di terasnya
Jangan khawatir kehabisan perbekalan,
karena terdapat beberapa kios yang menyediakan makanan dan minuman ringan
Tanjung Kajuwulu
Maumere merupakan sebuah kota di
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadi ibukota Kabupaten Sikka sekaligus
sebagai gerbang pintu masuk wilayah timur Pulau Flores karena memiliki bandar
udara terbesar di Pulau Flores. Belum banyak yang tau, kalau Maumere memiliki
potensi wisata bahari yang menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi.
Kota Maumere memiliki sejumlah pantai
berpasir putih yang keindahannya mampu menghipnotis setiap mata penglihatnya.
Selain itu, perairan di kawasan Maumere juga memiliki pemandangan bawah laut
yang tak kalah cantik untuk diselami.
Salah satu tempat yang menyuguhkan
keindahan pesisir Maumere adalah Tanjung Kajuwulu.
Tanjung Kajuwulu terletak di wilayah
pesisir utara Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan
Magepanda yang berada 24 km arah barat Kota Maumere atau berjarak sekitar 20 km
dari Bandara Frans Seda Maumere. Sobat traveler dapat menjangkau tempat ini
selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan bermotor.
Tanjung yang dikelilingi bukit hijau
yang menjulang indah ini memiliki pemandangan pantai dengan hamparan pasir
putih dan air yang jernih.
Di Pantai Kajuwulu, sobat traveler dapat melakukan
kegiatan yang asyik seperti berjalan di tepi pantai, berenang, dan snorkeling.
Selain itu, sobat traveler juga dapat
melihat keindahan pantai dari atas bukit dengan menaiki sekitar 300 anak
tangga. Dari atas bukit sobat traveler tidak hanya akan melihat keindahan alam
nan memesona berupa pantai berpasir putih dihiasi karang dan air laut yang
berwarna kebiruan. Tak hanya itu saja, di atas bukit sobat traveler dapat
melihat patung berbentuk salib yang tinggi. Pengunjung biasa menggunakan patung
tersebut sebagai latar untuk berfoto.
Dalam sejarahnya, kawasan Tanjung
Kajuwulu ini pada tahun 1992 pernah diterjang tsunami hebat.
Pulau Palue
Palue, adalah sebuah pulau yang
terletak di perairan sebelah utara Pulau Flores. Secara administratif, pulau
ini termasuk wilayah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Di bagian selatan pulau ini terdapat
gunung berapi Rokatenda. Pulau Palu'e dijuluki "pulau gunung" yang
terletak di Laut Flores karena memiliki banyak tempat yang diindikasikan
sebagai area gunung api (dalam bahasa Palu'e disebut "poa").
"Poa" ini kemudian dimanfaatkan sebagai sumber air bagi sebagian
masyarakat Palu'e dengan proses "sublimasi". Luas Pulau Palu'e adalah
41 km² dan dihuni oleh 10.000 jiwa yang tersebar di delapan desa yang berada di
dataran pantai dan di dataran tinggi. Di pulau ini sudah ada jalan raya dan
kendaraan bermotor sejak 2006. Palu'e bisa dicapai dari Maumere, sebuah kota di
Flores, dengan perahu motor kayu dalam waktu empat jam.
Di bagian selatan pulau ini terdapat
gunung berapi Rokatenda.
Sumber : http://tourism.nttprov.go.id
info yg sangat bermanfaat, memang wisata di pulau sika tiada dua nya
ReplyDeleteReklamasi Hotspot
Kalabahi Cyber