Showing posts with label Sulawesi Tengah. Show all posts
Showing posts with label Sulawesi Tengah. Show all posts

Monday, February 15, 2016

Taman Nasional Lore Lindu


Taman Nasional Lore Lindu memiliki berbagai tipe ekosistem yaitu hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan sampai hutan dengan komposisi jenis yang berbeda.
Taman nasional ini terletak di etak Kabupaten Donggala dan Poso Provinsi Sulawesi Tengah, dengan letak geografis 1°03’ - 1°58’ LS, 119°57’ - 120°22’ BT, yang dibentuk berdasarkan sursat keputusan Menteri Kehutanan nomor 593/Kpts-II/1993 dengan luas 229.000 hektar, dan diubah dengan surat keputusan Menteri Kehutanan nomor 646/Kpts-II/1999, dengan luas menjadi 217.991,18 hektar. Suhu udara 22° - 34° C, dengan curah hujan 2.000 - 3.000 mm/tahun pada ketinggian tempat 500 – 2.600 meter dpl .
Apabila dibandingkan dengan taman nasional lain di Indonesia, ukurannya sedang saja, Taman Nasional ini secara resmi meliputi kawasan 217.991.18 ha (sekitar 1.2% wilayah Sulawesi yang luasnya 189.000 km2 atau 2.4% dari sisa hutan Sulawesi yakni 90.000 km2)dengan ketinggian bervariasi antara 200 sampai dengan 2.610 meter di atas permukaan laut. Taman Nasional ini sebagian besar terdiri atas hutan pegunungan dan sub-pegunungan (±90%) dan sebagian kecil hutan dataran rendah (±10%).
Taman Nasional Lore Lindu memiliki fauna dan flora endemik Sulawesi serta panorama alam yang menarik karena terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan antara zona Asia dan Australia.
Taman Nasional Lore Lindu yang terletak di selatan kabupaten Donggala dan bagian barat kabupaten Poso menjadi daerah tangkapan air bagi 3 sungai besar di Sulawesi Tengah, yakni sungai Lariang, sungai Gumbasa dan sungai Palu.
Hutan sub-alpin di taman nasional ini berada diatas ketinggian 2.000 meter dpl. Keadaan hutannya sering diselimuti kabut, dan sebagian besar pohonnya kerdil-kerdil yang ditumbuhi lumut.
Flora
Tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan pamah tropika dan pegunungan bawah antara lain Eucalyptus deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga odorata, Gnetum gnemon, Castanopsis argentea, Agathis philippinensis, Philoclados hypophyllus, tumbuhan obat, dan rotan.
Fauna
Di dalam kawasan taman nasional terdapat berbagai ragam satwa yaitu 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis amfibia. Lebih dari 50 persen satwa yang terdapat di kawasan ini merupakan endemik Sulawesi diantaranya kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), babi rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi (Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo (Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis), kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas (Elaphe erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu merupakan habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi. Anoa, babirusa, rusa, kera hantu (Tangkasi), kera kakaktonkea, kuskus marsupial dan binatang pemakan daging terbesar di Sulawesi, musang Sulawesi hidup di taman ini. Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki paling sedikit 5 jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikusnya, termasuk jenis endemik.
Sedikitnya ada 55 jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung, termasuk maleo, 2 jenis enggang Sulawesi yaitu julang Sulawesi dan kengkareng Sulawesi. Burung enggang benbuncak juga disebut rangkong atau burung allo menjadi penghuni Taman Nasional Lore Lindu.
Ribuan serangga aneh dan cantik dapat dilihat di sekitar taman ini. Layak diamati adalah kupu-kupu berwarna mencolokyangterbang di sekitar taman maupun sepanjangjalan setapak dan aliran sungai.
Situs Megalitikum
Disamping kekayaan dan keunikan sumberdaya alam hayati, taman nasional ini juga memiliki kumpulan batuan megalitik yang bagus dan merupakan salah satu monumen megalitik terbaik di Indonesia.
Taman Nasional Lore Lindu mendapat dukungan bantuan teknis internasional, dengan ditetapkannya sebagai Cagar Biosfir oleh UNESCO pada tahun 1977.
Patung-patung megalit yang usianya mencapai ratusan bahkan ribuan tahun tersebar di kawasan Taman Nasional Lore Lindu seperti Lembah Napu, Besoa dan Bada. Patung-patung ini sebagai monumen batu terbaik di antara patung-patung sejenis di Indonesia. Ada 5 klasifikasi patung berdasarkan bentuknya:
·         Patung-patung batu: patung-patung ini biasanya memiliki ciri manusia, tetapi hanya kepala, bahu dan kelamin.
·         Kalamba: ini adalah bentuk megalit yang banyak ditemukan dan menyerupai jambangan besar. Mungkin ini adalah tempat persediaan air, atau juga tempat menaruh mayat pada upacara penguburan.
·         Tutu'na: ini adalah piringan-piringan dari batu, kemungkinan besar penutup kalamba.
·         Batu Dakon: batu-batu berbentuk rata sampai cembung yang menggambarkan saluran-saluran, lubang-lubang tidakteratur dan lekukan-lekukan lain.
·         Lain-lain: mortar batu, tiang penyangga rumah dan beberapa bentuk lain juga ditemukan.
Sejarah dan Status
·         Suaka Margasatwa Lore Kalamanta. 1973
·         Status Biosfer. 1977
·         Hutan Wisata/Hutan Lindung Danau Lindu . 1978.
·         Suaka Margasatwa Lore Lindu (Perluasan Lore Kalamanta). 1981
·         Pemerintah Indonesia menyatakan Lore Lindu sebagai Taman Nasional dalam Konggres Dunia mengenai Taman Nasional. 1982
·         Dinyatakan sebagai Pusat Keanekaragaman Tanaman. 1994 Status Taman Nasional akhirnya diresmikan pada tahun 1993. Dinyatakan sebagai bagian dari Kawasan Burung Endemik. 1998 Dinyatakan sebagai Kawasan Ekologi Global 200. 1998 Perluasan Barat Laut. Hutan Wisata Danau Lindu
·         Hutan Wisata Danau Lindu termasuk dalam kategori wilayah Enclave Lindu dan termasuk bagian dari wilayah kecamatan Kulawi yang secara Geografis terletak di dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu, oleh karena itu semua desa di wilayah ini berbatasan langsung dengan TNLL.
Obyek Menarik
·         Lembah Besoa. Melihat habitat maleo, megalit dan rekreasi.
·         Danau Lindu, Gimpu, Wuasa, Bada. Danau, bersampan dan pengamatan satwa burung.
·         Lembah Saluki, Lembah Bada, Lembah Napu. Melihat berbagai batu megalit.
·         Gunung Nokilalaki, Gunung Rorekatimbo, Sungai Lariang. Pendakian dan berkemah serta arung jeram.
·         Danau Lewuto. Danau dan melihat peninggalan mayat Moradino.
·         Dongi-dongi, Kamarora. Berkemah, air panas, lintas hutan, pengamatan satwa.
·         Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Danau Poso pada bulan Agustus.
Musim kunjungan terbaik
 bulan Juli s/d September setiap tahunnya.
Akses Ke Lokasi
Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat: Palu-Kamarora (50 km) dengan waktu tempuh 2,5 jam, Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan Wuasa-Besoa (50 km) empat jam. Palu- Kulawi (80 km) enam jam.
Perjalanan di dalam kawasan dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik kuda dengan route : Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki (Sidaonta) – Danau Lindu selama satu hari.
Kantor Pengelola
Jl. Mawar No. 10
Palu, Sulawesi Tengah
Telp./Fax.: (0451) 423608
Referensi

Taman Nasional Kepulauan Togean



Taman Nasional Kepulauan Togean adalah sebuah sebuah taman nasional di Kepulauan Togean yang terletak di TelukTomini, Sulawesi Tengah yang diresmikan pada tahun 2004. Secara administrasi wilayah ini berada di Kabupaten Tojo Una-una.
Kepulauan ini dikenal kaya akan terumbu karang dan berbagai biota laut yang langka dan dilindungi. Beberapa aksi wisata yang dapat dilakukan di Kepulauan Togean antara lain: menyelam dan snorkelling di Pulau Kadidiri, memancing ,menjelajah alam hutan yang ada di dalam hutan yang ada di Pulau Malenge, serta mengunjungi gunung Colo di Pulau Una-una. Wisatawan juga bisa mengunjungi pemukiman orang Bajo di Kabalutan.
Dibentuk oleh aktivitas vulkanis, pulau ini ditutupi oleh tumbuh-tumbuhan yang subur dan rimbun, serta dikelilingi oleh formasi bukit karang. Batu karang dan pantai menyediakan tempat bagi beberapa binatang laut untuk tinggal dan berkembang biak, seperti kura-kura hijau.
Taman Nasional Kepulauan Togean merupakan kepulauan yang terletak dalam zona transisi garis Wallace dan Weber dan merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang melintang di tengah TelukTomini, kawasan TNKT terletak pada koordinat 00o07'43’’-00o65'06" LS dan 121o.51'63’’-1220.44'00" BT, memanjang sekitar 102,7 km, dengan luas daratan kurang lebih 755,4 km2, yangterdiri dari kurang lebih 66 pulau besar dan kecil. Pulau Unauna, Batudaka, Togean, Talatakoh, Waleakodi dan Waleabahi merupakan pulau-pulau besarnya.
Luas dan status TNKT yang terletak di Kabupaten Tojo Una-una didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.418/Menhut-II/2004 tentang: "Perubahan fungsi kawasan hutan dan penunjukan kawasan perairan seluas ± 362.605 (tiga ratus enam puluh dua ribu enam ratus lima) hektare, terdiri dari hutan lindung seluas ± 10.659 (sepuluh ribu enam ratus lima puluh sembilan) hektare, hutan produksi terbatas seluas ± 193 (seratus sembilan puluh tiga) hektare, hutan produksi tetap seluas ± 11.759 (sebelas ribu tujuh ratus lima puluh sembilan) hektare, hutan produksi yang dapat dikonversi seluas ± 3.221 (tiga ribu dua ratus dua puluh satu) hektare dan perairan laut seluas ± 336.773 hektaree, terletak di Kabupaten Tojo Unauna, Provinsi Sulawesi Tengah menjadi Taman Nasional Kepulauan Togean".
Flora
Hasil survei Marine Rapid Assessment Program (MRAP) oleh Conservation International Indonesia (CII) tahun 1998 di Kepulauan Togean dan Banggai menunjukkan bahwa kepulauan Togean merupakan salah satu bagian ekosistem terumbu karang penting dari 'coral triangle' yang meliputi wilayah Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Jepang dan Australia. Terumbu karang di Kepulauan Togean kaya akan keanekaragaman hayati laut dengan 4 type terumbu karang : karang tepi (fringing reef), karang penghalang (barrier reef), karang tompok (patch reef), dan karang cincin (atoll).
Kepulauan Togean merupakan ekosistem pulau-pulau kecil yang sangat strategis di Teluk Tomini dan secara sosial ekonomi mendukung wilayah daratan di sekitarnya, terutama dalam pemanfaatan sumberdaya laut. Hal ini akan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap terumbu karang yang ada di Kepulauan Togean sehingga perlu dilakukan upaya pengelolaan yang terpadu dan lestari.
Hasil Marine RAP mencatat dan 262 spesies karang yang tergolong kedalam 19 Familia pada 25 titik terumbu karang yang tersebar di Kepulauan Togean. Hasil Marine RAP juga mencatat adanya jenis karang endemik Togean, yaitu Accropora togeanensis pada 11 titik pengamatan terumbu karang. Enam jenis karang baru juga ditemukan di Kepulauan Togean dan Banggai yaitu masing-masing satu jenis dari genus Acropora, Porites, Leptoseris, Echinophyllia dan 2 jenis dari genus Galaxea.
Fauna
Jenis ikan terumbu karang tercatat 596 spesies ikan yang termasuk dalam 62 Familia. Jenis Paracheilinus togeanensis dan Ecsenius sp diduga kuat merupakan endemik yang hanya bisa ditemukan di Kepulauan Togean. Selain itu juga tercatat 555 spesies moluska dari 103 famili, 336 jenis Gastropoda, 211 jenis Bivalvia, 2 jenis Cephalopoda, 2 jenis Scaphopoda dan 4 jenis Chiton.
Obyek Menarik
Kawasan TNKT memiliki beberapa Obyek Wisata Alam (OWA), terumbu karang, pegunungan, dan mangrove. Ketiga OWA dimaksud memungkinkan membuka peluang pemanfaatannya melalui Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA). Namun, pemanfataan wisata di kawasan ini masih sangat terbatas.
Akses Ke Lokasi
Dari Palu ke Ampana via Poso (375 kilometer) dengan bis atau mencarter mobil, kemudian dengan perahu dari Ampana ke Wakai dan Malenge dengan jadwal rutin setiap hari, berangkat jam 10.00 -11.00 pagi.
Dari Gorontalo, naik mobil ke Marisa, selanjutnya naik perahu ke Dolong atau Wakai.
Referensi