Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan
sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun. Taman
nasional ini ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Kehutanan nomor
278/Kpts-VI/97 dengan luas 50.276,2 hektar yang terletak di Kabupaten Pasuruan,
Probolinggo, Lumajang dan Malang, Provinsi Jawa Timur pada letak geografis
7°51’ - 8°11’ LS, 112°47’ - 113°10’ BT. Suhu udara 3° - 20° C, dengan curah
hujan Rata-rata 6.600 mm/tahun, pada ketinggian tempat 750 - 3.676 m. dpl
Sejarah
Sebelum
ditetapkan sebagai taman nasional, daerah Tengger merupakan kawasan hutan yang
berfungsi sebagai cagar alam dan hutan wisata. Kawasan hutan ini berfungsi
sebagai hutan lindung dan hutan produksi. Melihat berbagai fungsi tersebut,
Kongres Taman Nasional Sedunia mengukuhkan kawasan Bromo Tengger Semeru sebagai
taman nasional dalam pertemuan yang diselenggarakan di Denpasar, Bali, pada tanggal
14 Oktober 1982 atas pertimbangan alam dan lingkungannya yang perlu dilindungi
serta bermacam-macam potensi tradisional kuno yang perlu terus dikembangkan.
Pada tanggal 12 November 1992, pemerintah Indonesia meresmikan kawasan Bromo
Tengger Semeru menjadi taman nasional.
Flora
Beberapa
jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain
jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis
(Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia
pungieus).
Fauna
Terdapat
sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman
nasional ini. Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini
antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor
panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah
(Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan
berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong
(Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido),
srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan
belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.
Kondisi Alam
Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di
Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang
berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut.
Gunung-gunung
yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah Gunung Bromo
(2329 m), Gunung Batok (2470 m), Gunung Kursi ( 2581 m), Gunung Watangan ( 2601
m), Gunung Widodaren (2650 m), Gunung Linggo, Gunung Penanjakan, Gunung Pundak
Lembu, Gunung Gandera, Gunung Ringgit, Gunung Semeru (3676 m), Gunung Widangan,
Gunung Sumbersenami, Gunung Pranten dan Gunung Bajangan
Di laut
pasir ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang
yaitu dari timur-barat dan timur laut-barat daya. Dari timur laut-barat daya
inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api aktif yang sewaktu-waktu
dapat mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya
(± 3.500 jiwa).
Gunung
Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan)
dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran
dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Budaya
Suku
Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama
Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang
mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Suku Tengger) tampak
tidak ada rasa ketakutan walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbaha-ya,
termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru pada saat Upacara Kasodo.
Upacara
Kasodo diselenggarakan setiap tahun (Desember/Januari) pada bulan purnama.
Melalui upacara tersebut, masyarakat Suku Tengger memohon panen yang berlimpah
atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan
cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo,
sementara masyarakat Tengger lainnya harus menuruni tebing kawah dan meraih
untuk menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang
berkah dari Yang Maha Kuasa.
Perebutan
sesaji tersebut merupakan atraksi yang sangat menarik dan menantang sekaligus
mengerikan. Sebab tidak jarang diantara mereka jatuh ke dalam kawah.
Obyek Menarik
o
Cemorolawang. Salah satu pintu masuk menuju
taman nasional yang banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut
pasir dan kawah Bromo, dan berkemah.
o
Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo. Berkuda
dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit.
o
Pananjakan. Melihat panorama alam gunung
Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru.
o
Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan
Puncak Gunung Semeru. Danau-danau yang sangat dingin dan selalu berkabut (±
2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru
(3.676 m. dpl).
o
Ranu Darungan. Berkemah, pengamatan satwa/
tumbuhan dan panorama alam yang menawan.
Musim kunjungan terbaik
bulan Juni
s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari.
Akses Ke Lokasi
Pasuruan-Warung
Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km,
Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan
jarak 53 km, dan Jemplang-Ranu Pani-Ranu Kumbolo, 16 km. Atau dari
Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km. Dari
Malang ke Ranu Pani menggunakan mobil sekitar 70 menit, yang dilanjutkan berjalan
kaki ke Puncak Semeru sekitar 13 jam.
Taman
nasional ini adalah salah satu tujuan wisata utama di Jawa Timur. Dengan adanya
penerbangan langsung Malang-Jakarta dan Malang-Denpasar diharapkan jumlah
kunjungan wisatawan asing maupun domestik akan semakin meningkat. Selain Gunung
Bromo yang merupakan daya tarik utama, Gunung Semeru yang merupakan gunung
tertinggi di Pulau Jawa menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki. Meski
demikian untuk sampai ke puncak Semeru tidaklah semudah mendaki Gunung Bromo
dan para pendaki diharuskan mendapat izin dari kantor pengelola taman nasional
yang berada di Malang.
Penggemar
hiking disarankan untuk mengambil rute dari Malang karena bisa menikmati
keindahan lautan pasir lebih panjang. Start point dapat dimulai dari Ngadas
yang merupakan desa terakhir yang berada di dalam kawasan taman nasional serta
tempat untuk melengkapi perbekalan terutama persediaan air karena setelah ini
tidak akan dijumpai sumber air.
Kantor Pengelola
Jl. Raden
Intan No. 6 Kotak Pos 54, Malang Telp. (0341) 491828; Fax. (0341) 490885
Jl. Panda
No. 8, Malang Telp. (0341) 551040
E-mail: tn-bromo@malang.wasantara.net.id
E-mail: tn-bromo@malang.wasantara.net.id
Referensi
No comments:
Post a Comment