Dari tahun
2003 hingga kini, WWF-Indonesia Region Sahul Papua sedang melakukan pemetaan
wilayah adat dalam kawasan Taman Nasional Lorentz. Tahun 2003- 2006, WWF telah
melakukan pemetaan di Wilayah Taman Nasional Lorentz yang berada di Distrik
(Kecamatan) Kurima Kabupaten Yahukimo, dan Tahun 2006-2007 ini pemetaan
dilakukan di Distrik Sawaerma Kabupaten Asmat.Nama Taman Nasional ini diambil
dari seorang Penjelajah asal Belanda, Hendrikus Albertus Lorentz,yang melewati
daerah tersebut pada tahun 1909 yang merupakan ekspedisinya yang ke-10 di Taman
Nasional ini.
Taman
Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk
keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik. Kawasan ini juga merupakan
salah satu diantara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah
tropis. Membentang dari puncak gunung yang diselimuti salju (5.030 meter dpl),
hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi
perairan Laut Arafura. Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis
menakjubkan dari kawasan vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana,
dataran rendah, dan lahan basah.
Selain
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula beberapa
kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang
beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem.
Taman
Nasional Lorentz adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Papua,
Indonesia. Dengan luas wilayah sebesar 2,4 juta Ha; Lorentz merupakan taman
nasional terbesar di Asia Tenggara. Taman ini masih belum dipetakan, dijelajahi
dan banyak terdapat tanaman asli, hewan dan budaya. Pada 1999 taman nasional
ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Wilayahnya
juga terdapat persediaan mineral, dan operasi pertambangan berskala besar juga
aktif di sekitar taman nasional ini. Ada juga Proyek Konservasi Taman Nasional
Lorentz yang terdiri dari sebuah inisiatif masyarakat untuk konservasi komunal
dan ekologi warisan yang berada di sekitar Taman Nasional Loretz ini.
Flora
Taman
Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk
keanekaragaman hayati di Asia Pasifik. Kawasan ini juga merupakan salah satu di
antara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis.
Membentang dari puncak gunung yang diselimuti Salju (5.030 meter dpl), hingga
membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan
Laut Arafura. Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari
kawasan Vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, Dataran Rendah, dan
lahan basah.
Selain
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula beberapa
kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang
beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Baliem.
Sebanyak
34 tipe vegetasi diantaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan
gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada
bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.
Jenis-jenis
tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa fruticans), bakau (Rhizophora
apiculata), Pandanus
julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia marina, Podocarpus pilgeri,
dan Nauclea coadunata.
Fauna
Burung
Pigeon Crowned Selatan ditemukan di Taman Nasional Lorentz hanya terbatas pada
hutan dataran rendah selatan New Guinea
Jenis-jenis
satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional Lorentz sebanyak 630 jenis
burung (± 70 % dari burung yang ada di Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis
burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini ada dua jenis kasuari, empat
megapoda, 31 jenis merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis
burung madu, dan 20 jenis endemik di antaranya cendrawasih ekor panjang
(Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx).
Satwa
mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii),
babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi,
kucing hutan, dan kanguru pohon.
Keanekaragaman dan Tempat Wisata
Taman
nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang
keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut
berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman Suku Nduga, Dani Barat, Suku
Amungme, Suku Sempan dan Suku Asmat. Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang
hidup terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan dengan
manusia modern.
Suku Asmat
terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Menurut kepercayaannya, suku
tersebut identik dengan hutan atau pohon. Batang pohon dilambangkan sebagai
tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala
manusia. Pohon dianggap sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka.
Sistem masyarakat Asmat yang menghormati pohon, ternyata berlaku juga untuk
sungai, gunung dan lain-lain.
Lorentz
ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1997, sehingga fasilitas/sarana
untuk kemudahan pengunjung masih sangat terbatas, dan belum semua obyek dan
daya tarik wisata alam di taman nasional ini telah diidentifikasi dan
dikembangkan.
Sebanyak
34 tipe vegetasi di antaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan
gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada
bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.
Jenis-jenistumbuhan
di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa fruticans), bakau (Rhizophora
apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia marina,
Podocarpus pilgeri, dan Nauclea coadunata. Jenis-jenis satwa yang sudah
diidentifikasi di Taman Nasional Lorentz sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari
burung yang ada di Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri
khas taman nasional ini ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis
dara/merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu,
dan 20 jenis endemik di antaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla
caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx).
Satwa
mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii),
babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi,
kucing hutan, dan kanguru pohon.
Obyek
Menarik
Taman
Nasional Lorentz ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO dan
Warisan Alam ASEAN oleh negara-negara ASEAN.
Taman
nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang
keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut
berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman suku Nduga, Dani Barat,
Amungme, Sempan dan Asmat. Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang hidup
terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan dengan manusia
modern.
Suku
Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Menurut kepercayaannya,
suku tersebut identik dengan hutan atau pohon. Batang pohon dilambangkan
sebagai tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai
kepala manusia. Pohon dianggap sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang
mereka. Sistem masyarakat Asmat yang menghormati pohon, ternyata berlaku juga
untuk sungai, gunung dan lain-lain.
Lorentz
ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1997, sehingga fasilitas/sarana
untuk kemudahan pengunjung masih sangat terbatas, dan belum semua obyek dan
daya tarik wisata alam di taman nasional ini telah diidentifikasi dan
dikembangkan.
Musim
kunjungan terbaik
bulan
Agustus s/d Desember setiap tahunnya.
Akses
Ke Lokasi
Dari kota
Timika ke bagian Utara kawasan menggunakan penerbangan perintis dan ke bagian
Selatan menggunakan kapal laut melalui Pelabuhan Sawa Erma, dilanjutkan dengan
jalan setapak ke beberapa lokasi.
Dari kota
Wamena ke bagian selatan kawasan menggunakan kendaraan mobil menuju Danau
Habema, dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju PuncakTrikora
Kantor Pengelola
Jl. Raya Abepura Kotaraja PO Box 1217
Jayapura 99351, Papua Barat
Telp. (0967) 581596; Fax (0967) 585529
Jayapura 99351, Papua Barat
Telp. (0967) 581596; Fax (0967) 585529
Referensi
No comments:
Post a Comment