Taman
Nasional Manusela adalah taman nasional yang terletak di Kepulauan Maluku,
Indonesia. Gunung Binaya, dengan ketinggian 3.027 meter, merupakan gunung
tertinggi di taman ini. Terdapat sekitar 117 spesies burung, 14 di antaranya
endemik, seperti Nuri Bayan, Kasturi tengkuk-ungu, Kakatua Maluku, Todiramphus
lazuli, Todiramphus sanctus, Philemon subcorniculatus dan Alisterus amboinensis.
Taman nasional ini dibentuk
berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan nomor 281/Kpts-VI/1997
luas 189.000 hektar, yang berada di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku dengan letak geografis 2°48’ - 3°18’ LS, 129°06’ - 129°46’ BT. Temperatur udara 25° - 35° C, curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun dan ketinggian tempat 0 – 3.027 meter dpl.
luas 189.000 hektar, yang berada di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku dengan letak geografis 2°48’ - 3°18’ LS, 129°06’ - 129°46’ BT. Temperatur udara 25° - 35° C, curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun dan ketinggian tempat 0 – 3.027 meter dpl.
Taman
Nasional Manusela merupakan perwakilan tipe ekosistem pantai, hutan rawa, hutan
hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan di Maluku. Tipe vegetasi yang
terdapat di taman nasional ini yaitu mangrove, pantai, hutan rawa, tebing sungai,
hutan hujan tropika pamah, hutan pegunungan, dan hutan sub-alpin.
Keragaman Hayati
Beberapa
jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain tancang (Bruguiera sexangula),
bakau (Rhizophora acuminata), api-api (Avicennia sp.), kapur (Dryobalanops
sp.), pulai (Alstonia scholaris), ketapang (Terminalia catappa), pandan
(Pandanus sp.), meranti (Shorea selanica), benuang (Octomeles sumatrana),
matoa/kasai (Pometia pinnata), kayu putih (Melaleuca leucadendron), berbagai
jenis anggrek, dan pakis endemik (Chintea binaya).
Sekitar
117 jenis burung terdapat di Taman Nasional Manusela, dimana 14 jenis di
antaranya endemik seperti kesturi ternate (Lorius garrulus), nuri tengkuk
ungu/nuri kepala hitam (L. domicella), kakatua Seram (Cacatua moluccensis),
raja udang (Halcyon lazuli dan H. sancta), burung madu Seram besar (Philemon
subcorniculatus), dan nuri raja/nuri ambon (Alisterus amboinensis).
Burung
kakatua seram dan kalong seram (Pteropus ocularis)[2] merupakan salah satu
satwa endemik Maluku, yang keberadaannya terancam punah di alam akibat
perburuan liar, perusakan dan penyusutan habitatnya. Satwa lainnya di taman
nasional ini adalah rusa (Cervus timorensis moluccensis), kuskus (Phalanger
orientalis orientalis), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), babi hutan (Sus celebensis),
luwak (Pardofelis marmorata), kadal panama (Tiliqua gigas gigas), duyung
(Dugong dugon), penyu hijau (Chelonia mydas), dan berbagai jenis kupu-kupu.
Satwa marsupial yang terancam atau sudah punah antara lain bandikot seram
(Rhynchomeles prattorum).[3]
Penduduk
Masyarakat
desa Manusela, Ilena Maraina, Selumena, dan Kanike, merupakan enclave di dalam
kawasan Taman Nasional Manusela. Masyarakat tersebut telah lama berada di
desa-desa tersebut, dan percaya bahwa gunung-gunung yang berada di taman nasional
dapat memberikan semangat dan perlindungan dalam kehidupan mereka. Kepercayaan
mereka secara tidak langsung akan membantu menjaga dan melestarikan taman
nasional.
Monografi
Terdapat
sungai-sungai yang mengalir deras, dengan konfigurasi topografi terjal, enam
buah gunung/bukit dengan Gunung Binaya yang tertinggi (± 3.027 meter dpl).
Obyek
Menarik
- Tepi Merkele, Tepi Kabipoto, Wae Kawa. Menjelajahi hutan, panjat tebing, pengamatan satwa/ tumbuhan.
- Pasahari. Pengamatan satwa rusa dan burung.
- Wai Isal. Berkemah, menjelajahi hutan, pengamatan satwa/tumbuhan.
- Pilana. Pengamatan kupu-kupu dan menjelajahi hutan.
- Gunung Binaya. Pendakian, menjelajahi hutan dan air terjun.
- Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Masohi pada bulan November, perlombaan Kora-kora pada bulan April dan Darwin-Ambon International Yacht pada bulan Juli di Ambon.
Musim
kunjungan terbaik
bulan
Mei s/d Oktober setiap tahunnya.
Akses
Ke Lokasi
Taman
Nasional Manusela dapat dicapai melalui pantai Utara (Sawai dan Wahai) atau
melalui pantai Selatan (Tehoru dan Moso). Route dari Moso sangat cocok bagi
yang menyukai pendakian, karena kelerengannya sekitar 30%. Dari Ambon ke Masohi
menggunakan ferry setiap hari sekitar delapan jam, dilanjutkan ke Saka
menggunakan mobil sekitar dua jam, dan ke Wahai menggunakan speed boat sekitar
dua jam. Atau, dari Ambon ke Wahai menggunakan kapal laut sekitar 24 jam (3 x
seminggu). Dari Masohi ke Tehoru menggunakan kapal motor sekitar sembilan jam,
dilanjutkan ke Moso dan Desa Saunulu.
Kantor
Pengelola
Jl.
Christina Martha T. No. 2, PO Box 09
Masohi, Maluku Tengah
Telp. (0914) 22164; Fax. (0914) 22165
Masohi, Maluku Tengah
Telp. (0914) 22164; Fax. (0914) 22165
Referensi
No comments:
Post a Comment